THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 23 April 2018

FLOW AKADEMIK

KAJIAN PUSTAKA


Flow Akademik

1. Definisi Flow Akademik

Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana
individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan
menikmatinya dengan intens. Sementara menurut Csikzentmihalyi (1990),
flow adalah perasaan yang timbul pada diri seorang manusia saat ia
bertindak secara total dalam kegiatan yang ia lakukan. Individu yang
mengalami flow akan mudah merasakan kenikmatan, kesenangan, dan
kegembiraan terkait kegiatan yang dilakukannya.
Flow adalah kondisi internal dalam bentuk kesenangan yang
melibatkan pengalaman positif seseorang, sehingga orang tersebut dapat
mengendalikan dirinya untuk tetap fokus pada saat mengerjakan sesuatu
(Lee, 2005). Keadaan flow meliputi gairah dan minat yang cukup intens
untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah kepada pengalaman yang
menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua
kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Keseimbangan yang
terjadi antara keterampilan individu dan tantangan tugas sering dilihat
sebagai prasyarat memasuki kondisi flow (Csikzentmihalyi, 1990).
Csikszentmihalyi (1975, dalam Smolej, 2007), juga mendefiniskan
flow sebagai keadaan psikologis yang menyenangkan yang mengacu pada
sensasi perasaan menyeluruh terhadap aktivitas yang dijalani. Individu
yang mengalami flow sangat terlibat dalam aktivitasnya, dan tidak ada
yang begitu penting saat melakukannya melainkan hanya kesenangan
yang besar dan motivasi yang kuat dari dalam dirinya.
Flow merupakan suatu keadaan ketika seseorang menjadi sangat
‘tenggelam’ dalam melakukan suatu kegiatan dan tingkat keterampilan
yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi (Csikszentmihalyi, 1990).
Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens
untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada pengalaman yang
menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua
kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.
Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan
luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam
bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala
keterampilan, daya upaya, dan sumber daya yang mereka miliki, sampai
ke batas-batasnya – atau bahkan melampauinya (Arif, 2016).
Definisi lain mengenai flow (Ghani & Dhespende, 1994) adalah
konsentrasi menyeluruh saat menjalani kegiatan dan munculnya
kenikmatan ketika menjalaninya. Konsep flow sebenarnya termasuk
dalam bagian yang penting ketika proses belajar terjadi, karena flow dapat
membantu mahasiswa untuk fokus dan dengan perasaan nyaman
melakukan seluruh aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan
tugas (Ignatius, 2013). Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan
minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada
pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif
menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.
Nakamura dan Csikzentmihalyi (2002) menerangkan bahwa
seseorang yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang ia
lakukan penting dan berharga untuk ia lakukan, terlepas dari ada atau
tidaknya goal yang dapat dicapai dalam melakukan kegiatan tersebut.
Flow juga menggambarkan pengalaman subjektif ketika keterampilan dan
kesuksesan dalam kegiatan terlihat mudah, walaupun banyak energi fisik
dan mental yang digunakan (dalam Husna dan Rosiana, 2014).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa flow akademik dalam konteks penelitian
ini adalah kondisi dimana seorang individu merasa nyaman, dapat
berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati
aktivitas akademik yang sedang dijalani.



2. Aspek-Aspek Flow

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption,
enjoyment, intrinsic motivation. Ketiga aspek tersebut akan ditinjau secara
singkat sebagai berikut :

a. Absorption

Absorption mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua
perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang
dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya.
Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan
membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka.


b. Enjoyment

Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari
pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan
kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu
melakukan kegiatan tersebut.

c. Intrinsic Motivation

Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan
kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam
aktivitas yang dijalani. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri
individu untuk melakukan kegiatan tanpa adanya penghargaan dari
orang lain.
Dari paparan singkat mengenai aspek-aspek flow diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut merupakan komponen
penting dari teori flow.

3. Karakteristik Pengalaman Flow

Csikzentmihalyi (dalam Arif, 2016) mengungkapkan bahwa ada
beberapa pengalaman khas yang biasa dialami oleh seorang pribadi yang
sedang memasuki zona flow. Pengalaman-pengalaman khas itu adalah:

a. Atensi terpusat penuh

Saat sudah memasuki zona flow, seorang individu tidak lagi harus
dengan sengaja memelihara atensinya, karena atensinya menjadi
sangat terfokus dan bahkan tidak mudah teralihkan. Dalam atensi yang
sedemikian fokus tersebut, persepsi akan detail-detail pengalaman
menjadi sangat jernih. Individu seolah menjalankan aktivitas itu dalam
gerakan yang lambat di mana semua detail dapat diamati dan dihayati
dengan jelas (sekalipun pada kenyataannya, seseorang yang berada
dalam zona flow seringkali melakukan berbagai hal yang kompleks,
dengan cepat).

b. Penyatuan tindakan dan kesadaran

Semakin dekat seseorang pada zona flow, kesadaran dan tindakannya
menjadi semakin kongruen. Dan ketika ia memasuki zona flow, ada
penyatuan antara tindakan dan kesadarannya. Tindakan dan kesadaran
menjadi dua hal yang tak terpisahkan, di mana apa yang disadari
seseorang bukanlah hal yang lain kecuali apa yang sedang
dilakukannya, dan di saat yang sama ia dapat melakukan/mewujudkan
dengan sempurna apa yang ada dalam kesadarannya.

c. Ada rasa kebebasan, termasuk bebas dari kekhawatiran akan
kegagalan
Saat memasuki flow, segala kekhawatiran itu menjadi tidak penting,
tidak relevan. Kekhawatiran-kekhawatiran itu tidak lagi memiliki
kuasa atas dirinya, dan individu yang sedang dalam zona flow
merasakan suatu kebebasan yang besar. Aktivitas yang sedang
dilakukannya begitu mengasyikkan dan membuatnya larut sehingga ia
tak lagi peduli atas berbagai remeh-temeh yang selama ini
mengganggunya.

d. Pudarnya self-consciousness

Dalam setiap pengalaman flow, self-consciousness memudar. Artinya,
saat seorang individu berada dalam zona flow, ia tidak lagi terbebani
oleh kekhawatiran tentang dirinya. Saat orang tidak lagi terlalu
khawatir tentang dirinya sendiri, justru sang diri jadi terbebas dan
dapat berfungsi sepenuhnya.

e. Distorsi dalam penghayatan akan waktu

Saat berada dalam zona flow, penghayatan akan waktu itu sendiri
mengalami perubahan. Dalam pengalaman sehari-hari umumnya kita
memperhatikan berjalannya waktu, karena waktu umumnya dihayati
secara sangat berharga bagi kebanyakan dari kita. Pengalaman yang
berbeda dialami oleh mereka yang sedang berada dalam zona flow.
Mereka bercerita tentang kehilangan jejak akan waktu, atau bisa juga
dinyatakan secara kebalikannya, bahwa waktu tak lagi punya kuasa
membatasi gerak mereka. Pengalaman flow membebaskan mereka.

f. Pengalaman itu sendiri merupakan reward terbesar

Saat berada dalam kondisi flow, seseorang bersentuhan – sekalipun
barangkali hanya sesaat – dengan dirinya yang autentik, dirinya yang
utuh. Pengalaman itu sendiri menjadi reward terbesar, yang melebihi
reward eksternal mana pun, yang membuat seseorang akan tetap
menekuni dan menggumuli bidangnya masing-masing, untuk terus
memperdalam tingkat keahlian mereka.
Dari uraian-uraian sebelumnya, semakin jelas mengapa flow
merupakan suatu sukacita terbesar yang dialami oleh seseorang dalam
menekuni bidangnya, dalam menghadapi berbagai tantangan dan
kesulitan yang menggairahkan. Terpusatnya atensi, bersatunya tindakan
dan kesadaran, pembebasan akan kekhawatiran, pudarnya selfconsciousness,
serta perjumpaan kembali dengan waktu yang sejati,
merupakan pengalaman yang sangat membahagiakan yang menjadi
reward terbesar baginya.

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow

Beberapa prasyarat mencapai kondisi flow diantaranya adalah
sebagai berikut (Arif, 2016):


a. Goal

Tujuan akan memberikan daya gerak sehingga seseorang
mengerahkan segala keterampilan dan daya upaya yang dimilikinya
menuju ke arah tujuan tersebut. Suatu tujuan yang bermakna akan
senantiasa jadi penggerak yang efektif, bahkan ketika seseorang
menemui banyak kesulitan dalam perjalanannya.

b. Feedback

Feedback bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Feedback
yang terbaik adalah feedback yang seketika dan langsung ditangkap
oleh si pribadi, maka seketika itupun ia mempertahankan atau
mengubah aktivitasnya untuk menyesuaikan diri dengan feedback
yang diterimanya.
Ketika seseorang beraktivitas dengan tujuan yang bermakna serta
senantiasa memperoleh feedback yang membuatnya memperoleh
kejelasan tentang tugasnya dari berbagai sumber, maka ia akan
semakin siap untuk mencapai flow.

c. High Skill

Semakin tinggi keterampilan seseorang dalam suatu bidang, berbagai
kemungkinan baru semakin terbuka dan kreativitas semakin
meningkat. Keterampilan yang semakin tinggi akan membuat aktivitas
yang dikerjakan senantiasa terasa segar, karena berbagai kemungkinan
baru yang menarik senantiasa muncul.
Semakin tinggi keterampilan orang yang melakukannya, semakin
menarik dan semakin mudah untuk mengeksplorasi kemampuan yang
dimilikinya, selain itu juga dapat membuat seseorang kehilangan
kesadaran diri.

d. Optimal Challenge

Tantangan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sulit yaitu tantangan yang mengharuskan
seseorang mengeluarkan seluruh kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Saat menghadapi tantangan semacam itu seseorang baru
akan dapat merealisasi dan menyadari seluruh keterampilan yang
dimilikinya sehingga memunculkan emerging skills. Emerging skills
adalah momen seseorang menyentuh dan melewati batasan-batasan
dirinya atau disebut momen bertumbuh (growth moment).
Kesimpulannya bahwa flow akan dapat dialami saat skill dan
challenge sama-sama tinggi. Sementara apabila ada ketidaksinambungan
di antara keduanya, entah skill yang tinggi menghadapi challenge yang
rendah ataupun skill rendah menghadapi challenge yang tinggi. Flow
tidak akan dialami melainkan masuk ke berbagai pengalaman yang tidak
mengenakkan seperti kecemasan (anxiety) ataupun kebosanan (boredom).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow

Csikszentmihalyi (2014) menyebutkan ada dua faktor yang
menyebabkan seorang individu mengalami flow, yaitu faktor dari individu
dan faktor dari lingkungan.

a. Faktor dari individu (person factor), seperti tingkat kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu
aktivitas, persepsi individu dalam memandang aktivitas tersebut, dan
penting atau tidaknya posisi aktivitas itu bagi individu.

b. Faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa
besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu.
Baik faktor dari individu (person factor) maupun faktor dari
lingkungan (environtment factor) masing-masing mempunyai peran
tersendiri dalam menyebabkan seorang individu mengalami flow.


B. Task Commitment

1. Definisi Task Commitment

Menurut Renzulli (2005, dalam Hawadi, 2002) komitmen terhadap
tugas (task commitment) merupakan suatu bentuk halus dari motivasi. Jika
motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang
merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tersebut
ditampilkan pada tugas tertentu yang spesifik.
Task commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah suatu
bentuk motivasi internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet
mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan
atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
karena ia telah mengikat dirinya terhadap tugas tersebut atas kehendaknya
sendiri (Munandar, 2002).
Sementara itu, Won-Jung (2013) mengemukakan task commitment
sebagai kecenderungan untuk tetap melakukan tugas tingkat tinggi sampai
seseorang mencapai tujuannya. Task commitment serupa dengan konsep
motivasi dan pengalaman flow.
Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat
dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang
dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang
dimiliki. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan
kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang
ditunjukkannya (Urhahne, 2011).
Lazear (1991) memberikan definisi dimana komitmen pada tugas
(task commitment) merupakan ciri pribadi yang tekun dan ulet pada
tugasnya, dengan menyusun tujuannya, memiliki keterlibatan yang dekat
dan dalam pada tugas dan masalahnya, sangat antusias pada setiap
aktivitasnya, hanya membutuhkan sedikit motivasi eksternal saat
menyelesaikan tugasnya, memilih untuk berkonsentrasi pada tanggung
jawabnya dan memiliki energi yang tinggi.
Definisi komitmen terhadap tugas (task commitment) juga
dikemukakan oleh Sutisna (2010) yaitu suatu energi dalam diri yang
mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya
meskipun mengalami macam-macam rintangan dalam menyelesaikan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena individu tersebut telah
mengikatkan diri tugas tersebut atas kehendak sendiri (dalam Syarifa,
2011).
Berdasarkan paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian dari task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi
intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung
jawab terhadap tugas dan mewujudkannya melalui perilaku yang konkrit.

2. Aspek-Aspek Task Commitment

Renzulli merumuskan aspek task commitment yang telah dikutip
oleh Hawadi (2002) sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus untuk waktu
lama, tidak berhenti sebelum selesai)

b. Ulet (tidak lekas putus asa bila menghadapi kesulitan)

c. Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain

d. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan
didalam kelas (ingin mengetahui banyak bahan dari sekedar diajarkan
oleh guru)

e. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasinya)

f. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang
dewasa (misalnya terhadap pembangunan, agama, politik, ekonomi,
korupsi dan keadilan)

g. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat

h. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (dalam pelajaran maupun
pekerjaan)

i. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan
sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut).

j. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai tujuan di
kemudian hari (misalnya: siswa membatasi waktu bermain untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi)
Dari beberapa definisi mengenai task commitment diatas dan dari
rumusan aspek Renzulli, Hawadi (2002) membatasi pengertian task
commitment pada lima aspek, yaitu:

a. Sikap tangguh,ulet, dan tidak mudah bosan
b. Mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab
c. Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang
d. Suka belajar dan mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri
e. Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis.
3. Karakteristik Task Commitment

Menurut Renzulli (dalam Hawadi, 2002) karakteristik atau ciri-ciri
individu yang mempunyai task commitment tinggi antara lain:

a. Kapasitas untuk mendalami bidang tertentu yang ditekuni, antusias,
keterlibatan tinggi, rasa ingin tahu tinggi pada bidang yang ditekuni

b. Ketekunan (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama untuk
menyelesaikan tugas)

c. Daya tahan kerja, tidak akan menyerah sebelum selesai mengerjakan
tugas

d. Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas

e. Dorongan untuk berprestasi (bisa berprestasi tanpa dorongan orang
lain, tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah dicapai)

f. Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni

g. Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait dengan bidang
yang ditekuni

h. Menetapkan standar kerja yang tinggi

i. Selalu bersedia melakukan intropeksi diri dan menerima kritik orang
lain

j. Mampu mengembangkan rasa keindahan, kualitas, dan kesempurnaan
pekerjaannya, maupun pekerjaan orang lain.


Sedangkan task commitment sebagai bentuk halus dari motivasi,
Freud dalam Sardiman (2006) menggambarkan karakteristiknya sebagai
berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu
    yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
    dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
    dengan prestasi yang dicapainya.
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis dan
    berulang-ulang begitu saja)
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepas hal yang telah diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal


4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Task Commitment

    Menurut Hawadi (2001), ada dua faktor yang mempengaruhi task
    commitment, yaitu faktor individual dan faktor situasional.
a. Faktor Individual
    Faktor individual pertama pencakup persepsi terhadap diri, yaitu
    bagaimana individu memandang dan memahami kemampuan dirinya.
    Kedua, persepsi terhadap peran dan tugasnya sebagai mahasiswa.
    Seorang mahasiswa yang memiliki persepsi positif terhadap tugasnya
    maka dia akan memiliki kelekatan terhadap tugasnya dengan baik
    pula. Ketiga, yang termasuk dalam faktor individual adalah adalah
    sikap orang tua. Sikap orang tua yang memfokuskan pada hasil akhir
    tugas, akan menghasilkan mahasiswa yang lebih memiliki motivasi
    ekstrim. Sebaliknya orang tua yang menghargai proses belajar dan
    berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar, maka
    akan membuat mahasiswa memiliki komitmen yang lebih baik pada
    setiap tugasnya, karena mahasiswa tersebut akan berusaha berbuat
    yang terbaik pula setiap proses yang dikerjakannya.
b. Faktor Situasional
    Besar kecilnya ruangan belajar termasuk faktor situasional dalam
    task commitment. Faktor lainnya yaitu faktor pengajar, seorang   
    pengajar yang mampu memberikan motivasi kepada mahasiswanya,
    maka akan menumbuhkan motivasi mahasiswa tersebut untuk lekat
    terhadap tugasnya.


C. Hubungan antara Task Commitment dengan Flow Akademik
Modal penting seorang mahasiswa dalam perkuliahan adalah memiliki
konsentrasi, merasa nyaman, dan memiliki motivasi pada saat menjalani
kegiatan belajar mengajar. Kondisi seperti ini disebut sebagai flow akademik.
Kondisi flow sangat diperlukan di bidang akademik agar mahasiswa bisa
fokus dan menikmati setiap tugas yang diberikan. Flow adalah suatu keadaan
sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan,
dan menikmatinya dengan intens Saat belajar, mahasiswa tentu pernah
mengalami suatu kondisi ketika mahasiswa tersebut merasa terlibat secara
penuh dengan apa yang dipelajari (Csikzentmihalyi, 1990).
Flow dapat memberikan manfaat positif bagi mahasiswa antara lain
dapat membuat mahasiswa lebih fokus, kreatif, lebih mudah menyerap materi
pembelajaran, serta dapat mengurangi stres akademik sehingga berdampak
pada hasil belajar yang optimal. Individu yang mengalami flow biasanya
terlibat secara intens dalam kegiatan yang ia lakukan sehingga mereka
cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008, dalam
Husna, 2014).
Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi
individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti
belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau
pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat
mengerjakan tugas. Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman
flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena
akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau
kualitas belajar, artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik
dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik, termasuk dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh dosen.
Setiap mahasiswa juga memiliki kebutuhan untuk mencapai apa yang
diinginkan sehingga mendorong mereka menyelesaikan tugasnya tanpa
memperdulikan kesulitan (Zenzen, 2002). Kebutuhan untuk mencapai apa
yang diinginkan juga dipertimbangkan berdasarkan nilai dari tugas itu sendiri
(Zenzen, 2002). Apabila nilai dari tugas tersebut tidak memberikan harapan
maka individu tersebut enggan untuk melakukan tugasnya. Individu yang
enggan melakukan tugas karena harapan yang kecil akan tugas tersebut
dikarenakan individu tidak merasa nyaman dengan tugas tersebut.
Ketidaknyamanan dalam melakukan tugas membuat individu tidak flow
dalam mengerjakan tugasnya (Arif, 2013).
Pengikatan diri mahasiswa terhadap tugasnya disebut juga task
commitment. Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat
dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat
menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki
seorang individu. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan
kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang
ditunjukkannya (Urhahne, 2011). Semakin tinggi task commitment yang
dimiliki mahasiswa, maka semakin banyak aktivitas akademik yang dirasa
mudah untuk dilakukan.
Task commitment merupakan salah satu faktor individu (person factor)
yang mempengaruhi terjadinya flow akademik. Adanya pengikatan diri
mahasiswa pada tugas atau kegiatan akademik, maka akan memunculkan
pengalaman flow dalam bidang akademik. Dengan kata lain, pengalaman flow
adalah langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai
saat mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan
yang tepat ketika melakukan tugas akademik (Won-Jung, 2013).
Hubungan antara task commitment dengan flow akademik hanya
dijelaskan secara teoritis tetapi belum diuji secara empiris. Untuk
memperjelas hubungan antara task commitment dengan flow akademik, maka
peneliti mengukur secara empiris dengan menyertakan semua aspek 
task commitment dan flow akademik.

Gambar 1. Skema Hubungan 

                 Task Commitment         <------->      Flow Akademik


D. Landasan Teoritis

Bakker (2005) menggambarkan flow sebagai suatu keadaan sadar
dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan
menikmatinya dengan intens. Sementara Flow akademik (Ignatius, 2013)
adalah kondisi saat individu dapat berkonsentrasi, fokus, munculnya rasa
nyaman, motivasi yang berasal dari dirinya sendiri serta menikmati ketika
melakukan kegiatan akademik (belajar dan mengerjakan tugas). Pada bidang
akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau
mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan
mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan
situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan
tugas.
Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam
bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena akan dapat
membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar,
Task Commitment Flow Akademik artinya seseorang yang dapat mengalami flow 
akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik.
Task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang
mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap
tugasnya. Seseorang yang tidak mempunyai task commitment akan merasa
sulit untuk memulai maupun mengerjakan tugas-tugasnya. Dia akan merasa
tugas yang dibebankan padanya begitu berat dan akan merasa malas untuk
mengerjakannya. Salah satu upaya untuk mencapai kondisi flow akademik
adalah dengan memiliki task commitment yang baik.
Won-Jung (2013) menyatakan task commitment bisa menjadi faktor
yang menyebabkan terjadinya flow akademik. Kondisi flow sendiri merupakan
langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat
mahasiswa dapat mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang
tepat terkait dengan aktivitas akademik yang sedang dijalani.
Dengan demikian diharapkan mahasiswa mempunyai task commitment
yang baik untuk meminimalisir perilaku yang menghambat proses belajar
sehingga akan melahirkan pribadi yang rajin, semangat, mampu mengatasi
tantangan dalam mengerjakan tugas-tugas dan mampu mencapai kondisi flow
akademik. Perilaku aktual dari task commitment adalah sebagai bentuk
ketekunan, keuletan kerja keras, latihan yang terus-menerus, percaya diri dan
suatu keyakinan dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan
penting.
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi task
commitment pada mahasiswa, maka semakin tinggi pula kemampuan untuk
mencapai kondisi flow akademik. Dan sebaliknya semakin rendah task
commitment pada mahasiswa, maka semakin rendah pula kemampuan untuk
mencapai kondisi flow akademik.
Gambar 2. Skema kerangka teoritik Task Commitment dan Flow Akademik
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa.

0 komentar: